Senin, 30 Maret 2009

Sustainability di UKDW
UKDW merupakan kampus yang terletak startegis di pusat Kota Pelajar, Budaya, dan Pariwisata Yogyakarta, yang memiliki luas bangunan + 35000 m2.
Jika ditanya apakah bangunan UKDW substain atau tidak? Sebelum menjawabnya, maka kita perlu memperhatikan kesubstainan UKDW dalam konteks bangunan yaitu:

Physical Elemen (Elemen Fisik)
Bangunan di UKDW didukung oleh elemen-elemen fisik seperti dinding, kolom, balok, lantai, atap, pintu-jendela, dan ornamen-ornamen lain seperti sunscreen yang menjadi sebuah elemen yang mengikat dan menyatukan setiap bangunan yang ada di UKDW (Gedung Lama dan Gedung Baru).

Perception (Persepsi)
UKDW merupakan tempat untuk menuntut ilmu, sehingga fungsi bangunannya adalah sebagai tempat perkuliahan.akan tetapi ada beberapa unit ruang di UKDW dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan lain seperti Kantor Administrasi (Biro II), Kantor Cabang Bank BRI dan BNI, ATM Centre, Perpustakaan, Unit fotocopy, Kopersi, Kantin, Kapel, dll. Sehingga bangunan UKDW sendiri tidak hanya dimanfaatkan sebagai tempat perkuliahan dan menuntut ilmu semata , melainkan sebagai tempat untuk mengaplikasikan ilmu yang ada.
Activity (Aktivitas)
Sebagian aktivitas yang terjadi di UKDW adalah perkuliahan antara mahasiswa dan dosen. Serta ditunjang pula dengan kegiatan-kegiatan lain sesuai dengan persepsi ruangnya sendiri.

Time (Waktu)
UKDW terdiri dari dua bangunan yang sering disebut Gedung Lama dan Gedung Baru. Disebut Gedung Lama karena bangunan tersebut memang sudah cukup lama berdiri yaitu sejak Tahun 1962, sedangkan untuk Gedung Barunya sendiri baru diresmikan di Tahun 2007 yang lalu. Dengan prestasi dan potensi yang dimiliki UKDW saat ini, bisa diperkirakan UKDW akan tetap ada bersama dengan dunia pendidikan.

Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa bangunan UKDW memang substain. Karena dilihat dari faktor elemen fisik, persepsi, aktivitas, dan waktu bangunan UKDW serta unit-unit ruangnya difungsikan dan dimanfaatkan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan yang ada. Selain itu juga dalam arti luas Substainability merupakan kemampuan untuk mempertahankan proses tertentu… jadi sudah terbukti kalau Subsatainability di UKDW memang ada, dan Substainability tersebut diterapkan di setiap aspek kehidupan yang ada di sekitar kampus UKDW dan sekitarnya seperti munculnya tempat-tempat kos putera dan puteri untuk mahasiswa, warung-warung makan, warung internet (warnet), tempat foto copy-an, rental untuk pengetikan dan print, tempat cuci cetak foto, dan lain-lain… dapat dilihat bahwa Substainability yang tetap berlangsung dan terjaga dapat direspon oleh setiap aspek kehidupan yang ada…

Referensi: Wikipedia Indonesia, dan Mata Kuliah Teori Arsitektur 02

Kamis, 12 Maret 2009

Kritik Karya Arsitektur


>>>Lever House<<<

Bangunan ini merupakan karya arsitek Gordon Bunshaft (1909-1990) di kota New York, Amerika Serikat. Lever House sendiri merupakan rancangan Bunshaft yang paling berpengaruh. Lever House terdiri dari dua bagian yaitu sebuah menara kantor setinggi 21 lantai dan podium setinggi dua lantai yang berdiri di atas deretan kolom yang memiliki penutup taman atap. Podiumnya berbentuk donat segi empat yang merupakan ruang-ruang kantor yang disusun mengelilingi taman terbuka. Walaupun kolom yang menopang menara harus menmbus podium, secara visual mereka tampak keluar dari taman atap seperti lantai dasar yang terangkat. Core servis pada bangunan ini pada salah satu bagian akhir lantai, bukan di tengah-tengah dengan pintu darurat tambahan untuk memenuhi peraturan bangunan.

Meskipun konfigurasi menara dan podium serta dinding penutup ringan yang diterapkan pada Lever House ini menyebar ke seluruh penjuru dunia, akan tetapi dengan cepat bangunan ini melambangkan kekurangan arsitektur. Karena keberadaan bangunan ini sendiri tidak mempertimbangkan iklim lokal serta tidak memikirkan budayanya sendiri. Hal ini terlihat pada material bangunannya yang banyak menggunakan curtain wall yang sekaligus merupakan dinding eksterior dan interiornya. Sehingga munculnya Lever House ini merupakan hal baru yang ternyata lebih megejutkan bagi masyarakat New York...

Kamis, 19 Februari 2009

"Jogja di Tahun 2020"

Seiring perkembangan zaman, banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita. Perubahan yang terjadi itu tidak bisa disangkal telah mendatangkan keuntungan dan kerugiannya. Akan tetapi jika dipikir lebih jauh lagi, keuntungan yang kita peroleh itu sebenarnya mengandung kerugian. Buktinya sudah ada di depan mata. Saat ini global warming (Pemanasan Global) marak dibicarakan. Meskipun ada beberapa kalangan yang mengatakan bahwa itu hanyalah issu global, tapi setidaknya dampak dari global warming itu sendiri sudah bisa kita rasakan sendiri disaat sekarang ini seperti perubahan cuaca yang tidak menentu, penyakit demam berdarah, penyakit kulit, daya tahan tubuh menurun, udara di siang hari yang kadang terasa begitu panas tapi kadang juga terasa dingin, dan lain-lain. Menyesakkan memang bila saya membicarakan soal global warming. Dengan begitu banyak dampak yang terjadi oleh global warming, kita seharusnya sudah memerangi permasalahan ini dengan pernyataan sikap terhadap solusi-solusi yang disarankan oleh ahli-ahli lingkungan. Saat ini hampir disemua tempat bisa merasakan dampak dari global warming tersebut.



Termasuk Yogyakarta sendiri. Jika ditanyakan apa yang akan terjadi dengan Yogyakarta pada Tahun 2020? Tentunya kita sudah mempunyai gambaran tersendiri...
menurut saya di Tahun 2020, penataan kota Yogyakarta akan seperti gambar di bawah ini:






Di Yogyakarta akan ada pabrik industri untuk setiap kebutuhan...
Akan tetapi, justru revolusi industri adalah langkah awal dari global warming...
Sehingga Kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi adalah awal dari kehancuran bumi ini. Ini berarti dengan semakin maju dan nyata perkembangan Kota Yogyakarta maka kita pun harus siap dengan akibat-akibat yang ada karena global warming tersebut, seperti halnya:



Gunung Es yang ada di Kutub Utara mencair sehingga menyebabkan:



Permukaan air laut naik, sehingga yang terjadi dengan Yogyakarta adalah:




Satu persatu pulau yang ada di bumi ini mulai tenggelam, dan dampak yang paling menyedihkan adalah:



Bumi tenggelam....
dan yang terjadi dengan kita,,,




Setelah melihat gambaran yang ada, akankah kita hanya tinggal diam disaat ini?
Tentu tidak.....
Kita dapat memulainya dari diri sendiri dengan sedikit mengubah kebiasaan hidup kita. Untuk itu, demi keselamatan kita semua marilah kita menjalani hal demikian:



Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya...
Komentar dan Saran yang membangun sangat diperlukan demi pemyempurnaan tulisan selanjutnya...
Terimaksih,,,
Tuhan memberkati^^

Selasa, 27 Januari 2009