Senin, 08 Desember 2008


Arsitektur adalah bagian dari alam, keberadaannya merupakan artikulasi dari yang ada, bukan ungkapan dominasi ego manusia...

Eko Prawoto - 2 eyes x 50 years = 100 sketches

Rabu, 26 November 2008

Ruang sisa yang ada di kampus Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta




Ruang-ruang yang ada di UKDW cukup menarik dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi tidak jarang juga kita bisa temukan ada begitu banyak ruang yang tersisa dan tidak terpakai sebagaimana mestinya. Seperti contohnya selasar yang ada di sebelah kanan bagian depan gedung Agape. Ruang tersebut berukuran 16m x 1,5 m.















Menurut fungsinya ruang tersebut difungsikan sebagai jalur sirkulasi pengunjung dari basement. Akan tetapi sampai sekarang ini ruang tersebut tidak terpakai, dan tidak terlihat aktivitas yang semestinya berlangsung di tempat tersebut. para dosen, karyawan kampus, dan mahasiswa kebanyakan menggunakan lift dari basement ke lantai 1 gedung Agape dan melewati atrium dan kafetaria yang ada di gedung Agape menuju ke ruang kuliah yang ada di gedung Didaktos.

Padahal ruang tersebut begitu menarik karena saat berada di situ kita akan merasa terlindungi oleh adanya tembok sunscreen dan pohon yang cukup besar. Selain itu bentuk ruang yang cukup menarik dan jumlah cahaya matahari yang masuk ke ruang tersebut cukup membantu dan menarik untuk seni fotografi.

Menurut saya, selain digunakan sesuai dengan fungsinya yaitu jalur sirkulasi, baiknya juga ruang tersebut dijadikan sebagai tempat nongkrong mahasiswa dengan berbagai aktivitas seperti hot-spot, berdiskusi, membaca, curhat, dan lain-lain. Karena keberadaan ruang itu sendiri sangat mencerminkan kenyamanan, kebersihan, dan ketenangan yang tentunya di dukung oleh fasilitas lain seperti colokan listrik dan tempat duduk di sepanjang selasar tersebut.

Rabu, 12 November 2008

Kota Lama Semarang

Laporan Ekskursi ke Semarang, Kamis 30 Oktober 2008

Setelah mengikuti ekskursi mata kuliah Teori Arsitektur 01 grup B dengan mengadakan jalan-jalan ke kota Semarang, maka ada banyak hal yang telah dipelajari dari perjalanan tersebut. Sejumlah tempat di kota Semarang telah sempat dikunjungi seperti Kota lama, Stasiun Tawang, Gereja blenduk, Lawang Sewu, Sam Poo Khong, dan perjalanan terakhir dengan makan malam di kota Simpang Lima. Dari sejumlah tempat yang dikunjungi tersebut, bagi saya tempat yang cukup menarik dan berkesan adalah saat berkunjung ke Kota Lamanya.

Gambar 1: Salah satu bangunan yang ada di Kota Lama

Mengapa? Saat berada di Kota Lama tersebut, kita akan menjumpai banyak bangunan-bangunan tua yang di dominasi oleh arsitektur kota Belanda dengan area jalan yang sebagian besar terdiri dari con block dan di setiap persimpangan jalan kita akan menemui berbagi pola yang digambarkan di atas jalan. Tentunya hal tersebut akan memberikan kesan seolah-olah kita berada di salah satu kota tua yang berada di luar negeri. Jika diamati ada beberapa bangunan yang sempat tidak terawatt karena sudah tidak dipakai dan difungsikan lagi, beberapa bangunan yang sudah mulai mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor usia dan alam. Selain itu kehadiran beberapa bangunan baru di Kota lama tersebut yang tidak terarah dan tidak mendominasi bangunan-bangunan sebelumnya sebetulnya bisa mengancam keberadaan Kota Lama tersebut. Perjalanan di Kota Lama dimulai dengan kunjungan pertama ke Stasiun Tawang.

Gambar 2: Stasiun Tawang

Stasiun Tawang merupakan stasiun induk di Kota Semarang. Stasiun Tawang ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia yang diresmikan pada tahun 1868. Dan seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Solo Balapan dan dilanjutkan hingga Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta. Untuk lokasinya sendiri pun begitu startegis karena adanya kolam yang cukup besar yang terletak di depan Stasiun tersebut tepatnya diseberang jalan. Sehingga pemandangan Stasiun Tawang akan lebih menarik jika kita mengamatinya dari tempat tersebut pada sore dan malam hari.











Gambar 3: Kolam besar yang terletak di depan stasiun Tawang yang juga merupakan
Tempat menikmati pemandangan Stasiun Tawang pada sore dan malam hari

Setelah Stasiun Tawang, tempat selanjutnya yang kita kunjungi adalah Gereja Blenduk. Dalam perjalanan ke Gereja Blenduk tersebut kita melewati berbagai bangunan-bangunan tua yang ada di Kota Lama seperti Pabrik Rokok Perahu Layar, Kantor Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Tengah, Gedung Marba, dan Kantor asuransi Jiwa Sraya yang berada tepat di depan Gereja Blenduk tersebut.


Gambar 4: Pabrik Rokok Praoe Lajar di Kota Lama yang sampai sekarang masih tetap
aktif


Gambar 5: Gedung Marba

Gedung Marba ini awalnya digunakan sebagai kantor usaha pelayaran, Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), dan digunakan juga untuk toko modern yang satu-satunya ada pada waktu itu. Akan tetapi saat ini sudah tidak ada lagi aktivitas dalam bangunan tersebut sehingga digunakan untuk gudang. Dinamakan Marba untuk mengenang jasa seorabg warga negara Yaman yang memprakarsai pembangunan bangunan ini yaitu Marta Badjunet.


Gambar 6: Gereja Blenduk yang merupakan GPIB Imanuel di Kota Lama Semarang

Gereja Blenduk merupakan salah satu obyek wisata yang paling menarik yang ada
di Kota Lama Semarang. Karena masih sangat terawat dan masih dipergunakan untuk Gereja GPIB Immanuel. Gereja Blenduk juga merupakan gereja kristen tertua di daerah Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di Kota tersebut pada tahun 1753. Pada awal berdiri Gereja Blenduk digunakan sebagai tempat ibadah orang-orang Belanda. Bentuknya yang seperti sekarang ini telah melewati tahap-tahap perombakan pada tahun 1894, bentuknya tersebut bertahan hingga sampai pada saat sekarang ini. Di dalam Gereja ini terdapat orgel balok seperti yang terdapat di beberapa gereja tua di Indonesia. Di sekitar gereja ini juga terdapat bangunan-bangunan tua yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda.

Dari perjalanan tersebut saya pun dapat mempelajari hal-hal sebagai berikut:
  • Peninggalan dari zaman dulu harus dihargai dan dilestarikan. Di Kota Lama ada sebagian bangunan tua yang masih difungsikan, tapi ada juga yang sudah tidak terpakai sama sekali. Sehingga kerusakan bangunan tersebut pun terjadi karena sudah tidak terawat lagi.
  • Bertambah pengetahuan dan inspirasi terlebih dalam menentukan bentuk-bentuk ornamen dalam arsitektur. Karena secara umum bentuk-bentuk bangunan yang ada di Kota Lama tersebut mengikuti bentuk bangunan yang ada di Benua Eropa. Hal tersebut terlihat pada detail-detail bangunan, ornamen-ornamen yang identik dengan gaya eropa.
  • Bertambah pengetahuan dalam menetukan tata letak kota, sehingga dapat menentukan mana yang menjadi pusatnya. Seperti halnya Kota Lama yang dibuat memusat dengan Gereja Blenduk dan Kantor-Kantor Pemerintahan sebagai pusatnya, karena pada saat itu pusat pemerintahan di Eropa adalah Gereja dan Gubernurnya. Gereja terlibat dalam pemerintahan, demikian pula sebaliknya.
  • Mengetahui sebuah bentuk nyata sejarah kota Semarang dan sejarah Indonesia pada umumnya.
Demikian cerita singkat dari perjalanan di Kota Lama. Semoga bisa bermanfaat bagi semuanya... Terimakasih, Tuhan Memberkati^^